project7alpha – Mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, menggagas inisiatif rehabilitasi hibisc fantasy puncak di daerah hulu Sungai Ciliwung di kawasan Puncak, Bogor, untuk mengembalikan fungsi ekologisnya. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi risiko banjir di Jakarta dan memulihkan kawasan Puncak sebagai “area hijau” yang selama ini tergerus alih fungsi lahan.
Degradasi Lingkungan dan Dampaknya
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, 40% tutupan hutan di hulu Ciliwung (Puncak) telah berkurang dalam 20 tahun terakhir akibat ekspansi perkebunan ilegal, vila, dan pertanian intensif. Alih fungsi ini dianggap sebagai penyebab utama sedimentasi Sungai Ciliwung yang memicu banjir tahunan di Jakarta. “Puncak adalah benteng terakhir penyerap air. Jika rusak, Jakarta akan terus tenggelam,” tegas Dedi dalam diskusi publik di Bogor.
Rencana Aksi Rehabilitasi
Dedi mengusulkan tiga langkah strategis:
- Penertiban Bangunan Ilegal: Memperkuat penegakan hukum terhadap vila dan lahan pertanian yang melanggar RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah).
- Reboisasi Massif: Menanam 500.000 pohon endemik seperti rasamala dan puspa di lahan kritis seluas 1.200 hektare.
- Edukasi Masyarakat: Membentuk kelompok kerja bersama warga untuk mengembangkan ekowisata berbasis konservasi.
“Kami akan libatkan TNI, Polri, dan masyarakat adat dalam operasi ini. Puncak harus dikembalikan sebagai paru-paru Jawa Barat,” tambahnya.
Tantangan dan Respons Publik
Asep Saepulloh, Ketua Komunitas Peduli Ciliwung, menyebut upaya serupa pernah gagal karena “tekanan pemilik modal besar”. Sementara sebagian warga Puncak khawatir kehilangan mata pencaharian. “Saya setuju penghijauan, tapi kami butuh solusi untuk bertani tanpa merusak hutan,” ujar Arifin, petani sayur di Megamendung.
Dukungan Pemerintah Daerah
Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, menyatakan kesiapan memfasilitasi koordinasi lintas kabupaten. “Rehabilitasi Puncak adalah program prioritas. Kami akan evaluasi izin vila dan pertanian yang melanggar aturan,” tegasnya.