project7alpha – Atlético de Madrid kembali mengukuhkan diri sebagai juara musim dingin di La Liga Spanyol setelah meraih gelar kesebelas mereka. Kemenangan dramatis atas Osasuna dengan skor 1-0 di laga terakhir paruh musim memastikan Los Rojiblancos berada di puncak klasemen dengan 41 poin, unggul empat poin dari pesaing terdekat mereka, Real Madrid.
Musim ini, Atlético de Madrid menunjukkan performa yang impresif di bawah asuhan pelatih Diego Simeone. Tim ini berhasil mencatatkan 14 kemenangan beruntun di semua kompetisi, termasuk kemenangan krusial atas Sevilla dengan skor 2-0 di Wanda Metropolitano810. Gol tunggal Julián Álvarez di menit ke-96 melawan Osasuna menjadi penentu kemenangan dan gelar juara musim dingin.
Raihnya gelar juara musim dingin ini menandai pencapaian bersejarah bagi Atlético de Madrid. Tim ini telah mengukir rekor baru dengan 14 kemenangan beruntun, menunjukkan konsistensi dan kekuatan yang luar biasa sepanjang paruh musim710. Selain itu, ini adalah kali kedua Atlético meraih gelar juara musim dingin di era Simeone, setelah sebelumnya berhasil pada musim 2021-2022 yang kemudian diikuti dengan meraih gelar juara La Liga.
Meskipun menjadi juara musim dingin tidak selalu menjamin kesuksesan di akhir musim, sejarah menunjukkan bahwa Atlético de Madrid memiliki peluang besar untuk meraih gelar juara La Liga. Tim ini pernah meraih gelar juara La Liga saat memimpin di paruh musim pada tahun 1950-1951, 1965-1966, 1969-1970, dan 1995-1996. Dengan performa yang stabil dan kedalaman skuad yang kuat, Atlético de Madrid optimis dapat melanjutkan tren positif ini dan meraih gelar juara La Liga musim ini.
Raihnya gelar juara musim dingin kesebelas ini menjadi bukti nyata dari kerja keras dan dedikasi seluruh elemen klub, mulai dari pemain, pelatih, hingga manajemen. Dengan semangat dan determinasi yang tinggi, Atlético de Madrid siap menghadapi tantangan berat di paruh kedua musim dan berjuang meraih gelar juara La Liga yang sudah lama dinantikan.