project7alpha – Fenomena alam langka “Blood Moon” atau Bulan Merah Darah kembali terjadi pada Sabtu (14/10) dini hari, menghiasi langit Indonesia selama hampir 3 jam. Peristiwa ini merupakan hasil dari gerhana bulan total, di mana Bulan Purnama masuk ke dalam bayangan Bumi dan berubah warna menjadi kemerahan, menciptakan pemandangan dramatis yang mengundang decak kagum.
Proses Terbentuknya Blood Moon
Gerhana bulan total terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan sejajar sempurna, dengan Bumi berada di antara keduanya. Saat Bulan masuk ke wilayah umbra (bayangan inti Bumi), cahaya Matahari yang seharusnya menyinari Bulan terhalang. Namun, sebagian cahaya berfrekuensi rendah (merah) berhasil dibelokkan oleh atmosfer Bumi ke arah Bulan melalui proses Rayleigh scattering. Efek inilah yang membuat Bulan tampak berwarna merah darah.
“Warna merah ini bisa bervariasi, tergantung tingkat polusi udara, debu vulkanik, atau partikel di atmosfer Bumi. Semakin banyak partikel, semakin gelap dan pekat warna merahnya,” jelas Dr. Avivah Yamani, astronom dari Langit Selatan.
Jadwal dan Wilayah Teramati
Di Indonesia, gerhana mulai pukul 01.05 WIB dengan puncak pada 03.55 WIB. Fenomena ini terlihat jelas di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan sebagian Nusa Tenggara. Sementara di daerah Papua, pandangan sedikit terhalang awan tebal. Warga di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta ramai berkumpul di rooftop gedung atau area terbuka untuk menyaksikannya.
Mitologi dan Kepercayaan Lokal
Di sejumlah budaya Indonesia, Blood Moon kerap dikaitkan dengan pertanda alam. Masyarakat Jawa tradisional menyebutnya “Bulan Mukti Dusta”, yang diyakini sebagai simbol keseimbangan kosmis. Suku Dayak di Kalimantan percaya fenomena ini adalah peringatan untuk menjaga harmoni dengan alam. Namun, para ilmuwan menegaskan bahwa gerhana bulan tidak berdampak langsung pada kehidupan manusia.
Tips Mengamati Blood Moon
- Gunakan teleskop atau binokular untuk melihat detail permukaan Bulan.
- Foto dengan kamera DSLR dan pengaturan eksposur rendah untuk menangkap warna merah.
- Tidak perlu kacamata khusus, berbeda dengan gerhana matahari.
Blood Moon dalam Sains dan Eksplorasi Antariksa
Fenomena ini juga menjadi bahan penelitian bagi ilmuwan. Pada 2022, NASA memanfaatkan gerhana bulan total untuk mengkalibrasi instrumen satelit pengamat Bumi. “Perubahan warna Bulan membantu kami memahami komposisi atmosfer planet kita,” ujar Dr. Thomas Zurbuchen, mantan kepala misi sains NASA.
Kapan Blood Moon Berikutnya?
Menurut perhitungan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), gerhana bulan total berikutnya akan terjadi pada 7 Maret 2025. Namun, warna merah darah hanya muncul jika gerhana terjadi dalam durasi panjang dan kondisi atmosfer mendukung.
Antusiasme Masyarakat
Fenomena ini viral di media sosial, dengan tagar #BloodMoonIndonesia menjadi trending di Twitter. “Ini pengalaman magis. Seperti melihat lukisan alam semesta langsung,” kata Andika Pratama, fotografer amatir yang mengabadikan momen tersebut dari Candi Borobudur.