project7alpha – Perayaan Idul Fitri 1446 Hijriah pada 31 Maret 2025 diwarnai beragam tradisi dan dinamika unik di berbagai negara. Mulai dari hidangan restoran mewah, konflik dengan kerabat, hingga pidato bernuansa politik, momen ini menjadi cermin keragaman budaya dan isu sosial global.
Turki: Pidato Erdogan yang Sarat Pesan Politik
Di Ankara, Presiden Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato Idul Fitri yang menegaskan komitmen Turki dalam menjaga stabilitas regional. Erdogan menyatakan, “Turki akan terus menjadi pelindung bagi umat Muslim yang tertindas di dunia”3. Pidato ini dinilai banyak pengamat sebagai upaya mengonsolidasi dukungan politik jelang pemilu mendatang.
Indonesia: Mudik dan Tradisi yang Berubah
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia menyambut Lebaran dengan tradisi mudik. Meski pemerintah menyiapkan 30.451 bus, 772 kapal, dan 2.550 kereta untuk memfasilitasi 146 juta pemudik12, survei menunjukkan penurunan partisipasi mudik akibat kenaikan harga tiket dan kekhawatiran ekonomi.
Di meja makan, ketupat dan opor ayam tetap menjadi hidangan utama. Namun, tren makan di restoran selama Lebaran mulai populer di kalangan milenial perkotaan yang ingin menghindari kerumitan memasak3. Tak sedikit pula yang mengeluhkan “kerabat menyebalkan” yang kerap membandingkan pencapaian hidup atau menanyakan status pernikahan.
Negara Lain: Nuansa Sosial dan Politik
- Uni Emirat Arab (UAE): Idul Fitri dirayakan pada 30 Maret dengan festival kuliner mewah di hotel-hotel berbintang. Pemerintah setempat juga memberikan diskon hingga 50% untuk paket liburan keluarga.
- Vietnam: Komunitas Muslim minoritas di Hanoi menggelar buka puasa bersama di restoran halal, sambil mempromosikan toleransi antaragama.
- Yordania dan Suriah: Perayaan dibayangi konflik politik, dengan sebagian warga memanfaatkan momen ini untuk menyuarakan perdamaian melalui media sosial.
Pesan Rekonsiliasi dan Kritik Kebijakan
Di Indonesia, Ketua DPR Puan Maharani menekankan pentingnya menjaga stabilitas harga sembako jelang Lebaran20. Sementara itu, Presiden Joko Widodo dalam pidato tertulisnya mengingatkan agar “Idul Fitri tidak dikotori kepentingan politik praktis”.
Meski penuh warna, perayaan tahun ini juga menyisakan catatan: dari inflasi harga daging di Mesir hingga polemik larangan penggunaan mobil dinas untuk mudik di Indonesia49. Idul Fitri tetap menjadi momen refleksi: bukan hanya tentang kemenangan spiritual, tetapi juga tentang bagaimana kemanusiaan dan kebijakan beririsan dalam lintas budaya.