Rupiah Melemah ke Rp16.304 per Dolar AS, Investor Khawatir Kebijakan Trump

project7alpha – Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan pada perdagangan sore ini, Jumat (31/1), mencapai level Rp16.304 per dolar AS. Mata uang Garuda ini melemah 48 poin atau 0,30 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.

Menurut data referensi Bank Indonesia (BI), kurs Jisdor menempatkan rupiah di posisi Rp16.312 per dolar AS1. Pelemahan ini sejalan dengan tren mata uang di kawasan Asia lainnya, seperti peso Filipina yang melemah 0,04 persen, won Korea Selatan melemah 0,57 persen, dolar Singapura melemah 0,23 persen, yen Jepang melemah 0,24 persen, dan yuan China melemah 0,05 persen.

Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait tarif impor baru pada China, Meksiko, dan Kanada. “Sebelumnya Trump juga mengancam akan mengenakan tarif pada impor tembaga dan alumunium,” tambah Lukman.

Selain itu, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi juga menyoroti ancaman Trump untuk mengenakan tarif perdagangan 100 persen terhadap BRICS atas upaya mereka untuk menciptakan mata uang mereka sendiri dan menjauh dari dolar2. “Trump mengancam akan mengenakan tarif perdagangan 100 persen pada kelompok negara BRICS atas upaya mereka untuk menciptakan mata uang mereka sendiri dan menjauh dari dolar,” ujar Ibrahim.

rupiah-melemah-ke-rp16-304-per-dolar-as-investor-khawatir-kebijakan-trump

Di sisi lain, mata uang utama negara maju justru menguat. Euro Eropa menguat 0,19 persen, poundsterling Inggris menguat 0,14 persen, dan franc Swiss menguat 0,08 persen1.

Pelemahan rupiah ini juga dipengaruhi oleh sentimen domestik, seperti efisiensi anggaran pemerintah sebesar Rp306,69 triliun yang sebagian besar akan direlokasi untuk pendanaan program makan bergizi gratis. Meskipun program ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi, ekonom menilai bahwa relokasi anggaran ini tidak akan mengerek pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan bahkan bisa berdampak negatif.

Dengan kondisi ini, diperkirakan bahwa pergerakan rupiah akan tetap fluktuatif dalam beberapa waktu ke depan, tergantung pada kebijakan global dan domestik yang akan datang.