Presiden Assad Digulingkan, Suriah Memasuki Babak Baru dengan Tantangan Berat di Depan

project7alpha – Dalam perkembangan besar yang mengejutkan, pemberontak Suriah berhasil menggulingkan Presiden Bashar al-Assad setelah bertahun-tahun konflik sengit. Pemberontakan yang dimulai sejak 2011 akhirnya mencapai puncaknya dengan jatuhnya rezim Assad, yang telah berkuasa selama lebih dari dua dekade.

Konflik di Suriah dimulai pada Maret 2011 sebagai bagian dari gelombang protes Arab Spring. Protes damai yang menuntut reformasi politik dan kebebasan berubah menjadi perang saudara yang melibatkan berbagai kelompok, termasuk pemberontak, milisi Islam, dan pasukan pemerintah yang didukung oleh Rusia dan Iran. Konflik ini telah menewaskan ratusan ribu orang dan mengungsi jutaan warga Suriah.

Pada hari Minggu, 8 Desember 2024, pasukan pemberontak yang tergabung dalam Koalisi Nasional Suriah berhasil menguasai Istana Presiden di Damaskus setelah pertempuran sengit yang berlangsung selama beberapa hari. Presiden Bashar al-Assad dilaporkan telah melarikan diri ke wilayah yang dikuasai oleh sekutunya di pantai barat Suriah.

“Ini adalah hari bersejarah bagi rakyat Suriah. Kami telah berjuang selama bertahun-tahun untuk kebebasan dan keadilan,” kata Jenderal Ahmed al-Khalidi, pemimpin pasukan pemberontak, dalam konferensi pers di Damaskus.

presiden-assad-digulingkan-suriah-memasuki-babak-baru-dengan-tantangan-berat-di-depan

Meskipun berhasil menggulingkan Assad, pemberontak kini menghadapi tantangan besar dalam membangun kembali negara yang hancur oleh perang. Infrastruktur Suriah hancur, ekonomi lumpuh, dan masyarakat sipil masih menderita akibat konflik yang berkepanjangan.

“Kami menghadapi masa-masa sulit di depan. Kami harus segera membentuk pemerintahan transisi yang inklusif dan memulai proses rekonstruksi,” ujar Mustafa al-Nahhas, seorang pemimpin oposisi.

Reaksi internasional terhadap jatuhnya Assad bervariasi. Beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, menyambut baik berakhirnya rezim Assad dan berjanji untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan dukungan politik kepada pemerintahan transisi Suriah.

Namun, Rusia dan Iran, yang selama ini mendukung Assad, mengutuk tindakan pemberontak dan menyatakan kekhawatiran akan ketidakstabilan lebih lanjut di kawasan tersebut. “Kami akan terus mendukung rakyat Suriah dan berusaha untuk mencapai solusi damai,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.

Masa depan Suriah masih sangat tidak pasti. Pemberontak kini harus membuktikan kemampuan mereka dalam memerintah dan membangun kembali negara yang hancur. Proses perdamaian dan rekonstruksi akan membutuhkan waktu dan upaya besar dari semua pihak yang terlibat.

“Ini adalah awal dari perjalanan panjang menuju perdamaian dan stabilitas di Suriah. Kami berharap dunia internasional akan mendukung kami dalam upaya ini,” kata Nahhas.

Dengan jatuhnya Assad, Suriah memasuki babak baru dalam sejarahnya. Masa sulit menanti, tetapi harapan untuk masa depan yang lebih baik juga semakin nyata bagi rakyat Suriah yang telah lama menderita akibat konflik berkepanjangan.